Sabtu, 14 Maret 2015

Tugas 1 Bahasa Indonesia # (Penalaran Proporsisi dan Silogisme)

Nama : Siti Fadillah

Npm   : 17212049

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 

Dosen : Yanti Trianita



 



1. Jelaskan definisi penalaran dan sebutkan jenisnya !


Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu :

  1. Proses berpikir yang logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan. 
  2. Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan. 
  3. Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru. 
  4. Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilakan suatu derajat hubungan dan simpulan. 
  5. Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.

Pengertian penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan paca indera melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan cirri-ciri, menklasifikasikan dan menghubung-hubungkan. Orang akan menerima fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Fakta yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan.

Menurut sumber lain menyebutkan, penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan/pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran memdidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi.

Penalaran terdapat 2 jenis, yaitu :

Penalaran Induktif (prosesnya disebut induksi): Proses berpikir logis yang diawali dengan obsevarsi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis). Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam:
  • Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus, serupa, atau sejenis yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum. Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal yang berikut :
  1. Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan, makin benar simpulan yang diperoleh. 
  2. Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar. 
  3. Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
  • Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum. Analogi merupakan cara penarikan pernalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Tujuan pernalaran dengan analogi adalah sebagai berikut:
  1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan. 
  2. Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan. 
  3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
  • Hubungan kausal (sebab akibat) adalah pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Proses penalaran berdasarkan hubungan ketergabungan antargejala yang mengikuti pola:
  1. sebab-akibat. Dimulai dengan pengamatan terhadap suatu yang diketahui, untuk menarik kesimpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan. 
  2. akibat-sebab. Dimulai dari suatu akibat yang diketahui, kemudian dipikirkan apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Penalaran ini bersifat expost facto (hal yang sudah terjadi). 
  3. akibat-akibat. Berpangkal dari suatu akibat dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.

Penalaran Deduktif : Proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri simpulan khusus yang berupa prinsip, sikap, atau fakta yang berlaku khusus. Jika kita mengetahui S(simpulan), sedangkan P(premis) adalah bagian dari S(simpulan), maka dapat ditarik kesimpulan tentang P(premis). Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengertahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya. Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara:
  1. Langsung. Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. 
  2. Tak langsung. Simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah adalah premis yang bersifat khusus. Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua orang sudah tahu.



2. Jelaskan definisi  proposisi dan berikan contohnya !


Proporsi adalah kalimat yang berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta dapat dipergunakan sebagai data. Pernyataan dapat benar dan salah, jadi proporsi dapat dibatasi sebagai kalimat yang mengandung pernyataan tentang hubungan fakta-fakta yang dapat dinilai benar dan salah. Dalam berpikir proporsi, merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna. Dalam penalaran, proporsi disebut juga premis, dengan menggunakan premis dan penalaran yang baik aka menghasilkan kesimpulan yang benar.
Contoh:

Bahasa adalah sarana penalaran
Sifat kuantitatif matematika meningkatkan daya prediksi ilmu.

Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan bentuknya, sifatnya, kualitasnya, dan kuantitasnya.

  • Berdasarkan bentuknya, proposisi dapat dibagi atas proposisi tunggal dan proposisi majemuk.
1. Proposisi tunggal hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh:
Semua petani harus bekerja keras.
Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
2. Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan.
Contoh:
Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
  • Berdasarkan sifatnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi kategorial dan proposisi kondisional.
1. Dalam proposisi kategorial, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan tanpa syarat.
Contoh:
Semua bemo beroda tiga.
Sebagian binatang tidak berekor.
2. Dalam proposisi kondisional, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu syarat tertentu. Syarat itu harus dipenuhi atau diingat sebelum peristiwa dapat berlangsung.
Contoh:
Jika air tidak ada, manusia akan kehausan.
  • Berdasarkan kualitas, proposisi dapat dibagi atas proposisi positif (afirmatif) dan proposisi negatif.
1. Proposisi positif (afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh:
Semua dokter adalah orang pintar.
Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
2. Proposisi negatif adalah proposisi subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan. Dengan kata lain, proposisi negatif meniadakan hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh:
Semua harimau bukanlah singa.
Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.
  • Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi universal (umum) dan proposisi khusus.
1. Pada proposisi universal (umum), predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjeknya.
Contoh:
Semua dokter adalah orang pintar.
Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.
Semua gajah bukanlah kera.
Tidak seekor gajah pun adalah kera.
Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi unversal ini ialah
a) unversal afirmatif: semua, setiap, tiap, masing-masing, apapun.
b) universal negatif:    tidak satu pun, takseorang pun.
2. Pada proposisi khusus, predikat hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.
Sebagian Pulau Jawa adalah Jawa Barat.
Tidak semua Pulau Jawa adalah Jawa Barat.
Kata-kata yang dapat membantu menciptakan prorposisi khusus ialah kata sebagian, banyak, beberapa, sering, kadang-kadang, dalam keadaan tertentu.

3. Jelaskan definisi silogisme ! sebutkan jenis dan contohnya !


Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal. Silogisme adalah cara berpikir formal, yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan polanya saja, misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan X, jika sebenarnya dibentuk secara formal, yaitu :
Semua yang melanggar peraturan X akan dihukum.
Ia melanggar peraturan X.
Ia dihukum.
Jika dalam penarikan kesimpulan secara deduktif, silogisme termasuk kedalam penarikan kesimpulan secara tidak langsung. Dalam penerapannya terdapat 3 jenis silogisme, yaitu:

Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh :         
Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.

Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Contoh :
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.


 Silogisme Alternatif

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang profesor.


Sumber


Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. edisi revisi. Jakarta: Grasindo.